Ismail Asso Dirikan Pesantren di Atas Tanah Hibah Pendeta

Ismail AssoPada tahun 2008 Ismail Asso mendirikan pesantren di daerah Koya Koso, Distirk Abepura, Kota Jayapura. Tanah pesantren seluas 2 hektar tersebut merupakan hibah dari seorang pendeta di Keondoafian Leseng Papua, atas nama Elly Waskai (66 tahun).

Ismail Asso menceritakan pendirian pesantren tersebut di kantor Redaksi NU Online, Jumat (14/11) seraya memperlihatkan sertifikat tanah hibah yang ditandatangani pendeta tersebut. Ia datang ke NU Online untuk membeli buku tentang Gus Dur dan jurnal Tashwirul Afkar.

Sebelumnya, ia memiliki tanah 500 m di daerah lain untuk mendirikan pesantren bernama Al-Hidayah tersebut. Tapi tanah itu diserobot orang. Ia kemudian mengadu ke Keondoafian Leseng Papua, menemui Pendeta Elly. Pendeta tersebut mengecam penyerobotan. Tapi menurutnya, mengutip pendapat pendeta itu, daripada ribut, mending menggunakan tanah Ondoafi. “Hilang 500 m dapat 2 hektar,” katanya.

Ia bersyukur atas kebaikan Pendeta Elly yang mendukung pendirian pesantren. Selain kebesaran hati pihak Ondoafi, faktor KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga sangat membantu. “Gus Dur sangat dihormati di Papua,” katanya.

Ia menceritakan, ketika cucu KH Hasyim Asy’ari itu wafat, pendeta-pendeta Papua meneteskan air mata. Karangan-karangan bunga dari mereka dikirim ke lembaga umat Islam Papua seperti Dewan Muslim Papua. “Kita orang Islam belum tetntu seperti ini,” katanya.

Ismail yang juga pengurus Lakpesdam NU Papua tersebut menambahkan, meskipun didirikan tahun 2008, pesantren itu mulai aktif dan efektif pada tahun 2012. Menurut dia, santri yang tinggal di pesantrennya sekarang sekitar 245. Santri-santri tersebut ada yang asli Papua yang sudah muslim, ada juga anak muslim dari luar Papua. Sambil mondok, mereka diajarkan pertanian dan perikanan.

Ismail Asso asli Papua kelahiran tanah Walesi, daerah Wamena. Masa kecilnya ia menimba ilmu agama di pesantren Al-Istiqomah yang didirikan ayahhandanya, Tauluk Asso pada tahun 1978. Pada tahun 1988, ia mencari ilmu ke Jawa. Mulanya karena ia mewakili Papua pada MTQ tingkat nasional di Lampung.

Penampilannya mewakili Papua, mengesankan panitia MTQ sehingga ia diminta untuk memperdalam ilmu agama lebih lanjut. Kemudian ia mondok di Pesantren Almukhlisin, Ciseeng. “Dari panitia musabaqah disuruh ngaji. Dikirim ke Al-Mukhlisin. Kita dijemput,” terangnya.

Ia kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Syari’ah Universitar Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Di situ ia bergabung dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Ditanya soal tantangan, ia sudah memperhitungkan hal itu. Orang Papua ada yang fanatik pada agama yang dianutnya. Selain dia aktif menjalin hubungan di lembaga kerukunan antaragama, ia paham sekali akan adat Papua. Masalah bisa diselesaikan secara adat. “Ada semacam pameo. Adat ada dulu, baro agama dan pemerintah datang. Ada konflik itu diselesaikan dengan adat,” jelasnya.

Menurut dia, orang Papua yang fanatik itu belakangan. Ia menyebut pada masa Orde Baru. Juga orang Papua yang merantau dan pernah belajar ke pulau Jawa. Mereka tahu bagaimana sasudara-sadaranya seagama susah membangun tempat ibadah. Tapi meski begitu, ia bersyukur Islam diterima di Papua. Bahkan lembaga pendidikan (pesantrennya) dibantu pendeta. (Abdulllah Alawi)

http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,46-id,55777-lang,id-c,pesantren-t,Ismail+Asso+Dirikan+Pesantren+di+Atas+Tanah+Hibah+Pendeta-.phpx

2 Responses

  1. Subhanallah, mantap ni ustad

  2. sangat bagus gan, makasih infonya

Leave a reply to Alhira Technologies Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.